tulisan ini hanya untuk menjelaskan tentang apa yang benar-benar terjadi di diri kita sebagai manusia. Tidak lebih tidak kurang…
- Bukanya wajar jika seseorang berbuat salah???
selama tidak dijadikan suatu kebiasan dan orang yang berbuat kesalahan mau memperbaiki diri, saya rasa setiap manusia bisa menerimanya tanpa ada perdebatan.
Tapi seringnya kesalahan yang “sesungguhnya” bukan berasal dari si pembuat kesalahan. Tetapi mereka yang membesar-besarkan masalah kecil dan melakukan hal bodoh dengan menambahkan “bensin” ke dalam api yang sudah berkobar membesar.
Yaaaaa…
Entah ini kebiasaan atau telah menjadi adat, saya pun tidak mengerti.
Tapi Biasanya jika ada orang yang berbuat salah, mereka langsung membuat hal ini menjadi semacamhot news dalam otak “kecil” mereka, lalu dengan senang hati membicarakannya ke teman dekat, lalu teman dekatnya membicarakannya lagi ke teman dekat dari teman dekatnya, bla..blaaa.blaaa… dan seterusnya, Hingga menjadi top gossip di lingkungannya, sampai-sampai orang yang tidak ada hubungan dengan si pembuat kesalahan pun kecipratan beritanya. kemudian mereka yang sudah mengetahui, seperti tanpa di komando, bersama-sama menghimpun kekuatan untuk mengejek, menertawakan habis-habisan, menyindir, memperolok, melukai, hingga seolah si pembuat kesalahan adalah orang yang tak mungkin berbuat benar. Menggoblokkannya dengan penggoblokan yang terlalu. Seolah si terdakwa adalah orang yang bakal abadi dengan kesalahannya. Seolah mereka(si pencaci) adalah orang benar yang tak akan mungkin berbuat kesalahan (yang sama). Juga seolah mereka(si benar) adalah si orang yang kekal dalam kebenarannya. Sampai-sampai mengucilkan si pembuat kesalahan tersebut.
Tidak berhenti hanya disitu, bahkan ada yang lebih parah. Tak heran ada pepatah yang mengatakan,
“mengingat kesalahan orang lain itu lebih mudah dari pada mengingat kebaikannya”.
Mereka biasanya mudah mengingat kesalahan orang lain, apalagi kesalahan yang dilakukan sangatMEMALUKAN. Beeeuuuhhhh,,,,sudah pasti mereka dengan gembira menyimpan dan menanamkan memori itu sedalam-dalamnya di otak mereka. Menjaganya seperti sebuah harta karun berharga agar tidak lupa. Dijadikan Kenangan terindah untuk suatu waktu dibicarakan lagi bersama teman-teman saat reuni dan dijadikan bahan lelucon nostalgia yang sangat renyah…
Inilah yang saya bilang paling paraaaaahhh…karena bagaimanapun juga kesalahan yang di perbuat itu mungkin sudah lama terjadi, atau mungkin sudah berusia tahunan lalu, tetapi masih saja dijadikan bahan pembicaraan yang Tidak Bermutu. Sebagian dibicarakan kembali hanya untuk mencuri perhatian lawan bicaranya. Betapa sangat…sangat…sangaaattt Tidak Bermutu. Bahkan ada juga yang diceritakan sampai ke anak dan cucunya untuk dijadikan pelajaran(mungkin ini sisi positifnya yang saya lihat, tapi ……tetap saja)…ckckckck
- Lalu bagaimana dampaknya bagi si pembuat kesalahan????
Banyak kemungkinan buruk bisa terjadi kawan…
orang tersebut menjadi hilang percaya diri, menutup diri, takut untuk bergaul dan bersosialisasi, tertekan oleh lingkungan, stress berat, dan lain sebagainya. Bahkan jika tidak kuat dengan tekanan yang bertubi-tubi, orang tersebut bisa saja jadi gila,,lalu bunuh diri.
Perihal tentang dosa mana yang lebih besar?? Si pembuat kesalahan atau mereka yang tidak bisa menjaga mulut mereka?
Saya bisa kalo hitung-hitungan matematika, tapi soal hitung-hitungan dosa, waaaduuuuhhhhh…bukan hak dan kapasitas saya untuk membahasnya…
- Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan??
Tanya pada hati anda masing-masing…
semua hal baik berasal dari apa yang ada dan yakini di hati anda…
- Kesimpulanya??
“Yang berbuat salah kemungkinan akan berbuat benar, demikian pula yang benar, ada kemungkinan akan berbuat salah”
jadi kalo tidak mau dibilang mempunyai sifat “buruk” atau pun sifat “rendah manusia”, yaaaa saya sebut saja sifat “unik” manusia….
Hohohoho…
Piss…….